RSS Feed
This is a mood message, you can edit this message by editing file message.php, or you can also add here some advertisement.

Jumat, 22 Januari 2010

Broken

Putus. Bertahan berapa minggu sih? Cuma tiga minggu, 'kan? Geblek. Ah, maafkan jika kata-kata saya kebanyakan kasar. Khusus untuk postingan ini, saya cuma mencurahkan apa yang saya rasakan. Bleh. Ternyata sakit juga, 'kan? Bego. Saya malah jadi trauma.

Oke, oke, hubungan saya dengan dia cuma bertahan 3 minggu. Udah seminggu ini kami lagi ada masalah. Bukan, bukan masalah yang ditimbulkan oleh kami, tapi masalah dari orang tua dia sendiri. Dia emang beberapa tahun lebih tua dari gw. Dan itulah sebabnya ayah dia menjodohkan dia dengan ukhti lain yang lebih salehah. Padahal ayah dia non muslim yang taat. Eh, malah menjodohkan anaknya dengan anak relasinya demi bisnis.

Seperti jaman kerajaan, 'kan? Anda kira ini jaman Siti Nurbaya, Pak?

Saya shock, tentu saja. Dan satu-satunya jalan adalah putus. Okelah, saya hanya terima karena saya bukan tipe pemaksa. Dan biarkan saja dia berbahagia dengan orang yang akan menjadi pasangan abadinya :)

Selasa, 12 Januari 2010

I Found Him

Akhirnya setelah melewati masa setahun, aku menemukan dirinya juga. Setahun memang singkat jika dilewati begitu saja, mungkin juga iya bagiku. Tapi bagi dirinya, setahun dengan kerapuhan mungkin adalah waktu yang lama untuk meraih apa yang diinginkannya selama ini. Ditambah aku yang tak pernah peka dengan perasaannya, membuat dirinya selalu merasa tertekan akubat sikapku.

Yeah, aku memang kurang peka jika tak dikatakan secara langsung. Bahkan aku tak tahu bahwa dia juga menyukaiku selama setahun ini. Dia selalu memancingku tapi aku tak tahu. Berbagai macam perempuan ia ceritakan, aku tetap saja gigih menganggap ia sebagai kakakku, meski kadang aku juga cemburu. Hanya pada wanita terakhir yang diceritakannya-lah yang berhasil membuatku cemburu berat.

Pada tanggal 31 Desember 2009 pukul 23.00, dia meneleponku karena memang aku yang meminta. Selama ini memang ia yang selalu meneleponku. Ia tak pernah mau berbicara lama jika aku yang menelepon dia. Kadang dia juga kecewa jika aku menolak untuk ditelpon. Oke, kembali pada akhir tahun tadi. Ia meneleponku dan berhasil membuatku kembali menangis karena mendengar ceritanya. Tak usah kuceritakan di sini karena bersifat rahasia, hahaha...Dan kata-katanya itu telah berhasil membuatku mengatakan apa yang selama ini telah kurasakan.

Ternyata rasa itu tumbuh secara perlahan-lahan dan tanpa kusadari, aku memupukinya hingga ia tumbuh subur namun dengan keadaan yang baik. Bahkan aku tak pernah merasakan rasa itu tumbuh subur. Hanya kujalani begitu saja tanpa terlalu memikirkannya. Lagipula jarak kami yang amat jauh membuat akal sehatku tak pernah mengharapkan yang lebih. Hingga pada akhir tahun itu tanpa kusadari aku mengatakan bahwa aku sayang dia.

Apa jawabannya?

Sama, ternyata sama. Selama setahun ini ternyata ia memang mendekati aku dan sudah berhasil melupakan mantannya. Meski kami belum pernah ketemu karena kami adalah teman internet, tapi ternyata tak mengendurkan komunikasi kami. Aku tak mengatakan kami berpacaran, hanya saja membuat komitmen. Whatever its name, yang penting aku tahu bahwa dia ternyata juga menyayangiku.