RSS Feed
This is a mood message, you can edit this message by editing file message.php, or you can also add here some advertisement.

Kamis, 29 September 2011

Ajari Aku Mencinta

Malam ini, ketika mendengar lagu tersebut dari Sammy Simorangkir, rasanya ada sesuatu yang lain. Aku bisa tersenyum kecil, sedikit ingin menangis, intinya ada banyak rasa yang bercampur. Namun satu rasa yang jelas-jelas ada adalah rasa indah ketika sedang jatuh cinta :)

Ya, aku tahu bahwa arti dari lagu itu bukan tentang jatuh cinta. Namun mendengar suara Sammy seakan aku ingin jatuh cinta sekarang juga :) Allah, apakah rasa ini masih ada? Apakah aku akan sempat memikirkan hal-hal sekecil itu? Apakah aku akan bisa mengatur perasaanku dengan bijaksana? Tetapi rasanya indah saja jika aku bisa mendapatkan perasaan yang indah seperti itu :)

Allah, ajarkan aku mencintai dengan benar. Ajarkan pula bagaimana aku dapat mencintaiMu lebih dan lebih, hingga setiap saat aku selalu teringat akan Engkau, Sang Maha Pemberi Hidup. Aku ingin mencintai secara ikhlas, tanpa perasaan sakit sama sekali :)

Kamis, 22 September 2011

Kampus Baru = Kehidupan Baru

Ini hari keempat aku menjalani kehidupanku di kampus. Ya, aku bangga dapat diterima di kampus broadcasting yang terkenal. Aku dapat bergabung dengan mereka yang bahkan jauh-jauh datang dari Merauke untuk menjalani kehidupan broadcasting di sini. Aku senang karena targetku untuk kuliah di sini juga tercapai. Namun tahukah bahwa masih ada yang mengganjal di salah satu sudut hati ini?

Pikirkanlah, bahwa semua orang broadcasting pastilah orang-orang yang kreatif dan mau bekerja keras. Mereka adalah orang-orang dengan sejuta ide yang dikejar oleh waktu. Ini memang harapanku untuk menyelami dunia broadcasting. Bahkan keluargaku amat mendukung ketika aku berhasil memasuki kampus ini. Namun ketika aku benar-benar menyelami mata kuliah apa saja yang ada di sana, tiba-tiba satu sisiku minder begitu saja. Apalagi melihat teman-teman yang sebelum ini berasal dari latar belakang yang pernah sedikit menyelami dunia broadcasting. Rasanya aku bukan apa-apa di mata mereka.

Lalu aku juga bukanlah orang yang kreatif. Aku terbiasa statis dalam satu hal saja. Lalu melihat senior-senior lain yang sangat berambisi dengan dunia broadcast mereka, lantas aku selalu berpikir. Apakah aku benar-benar bisa melewati empat tahun di sini tanpa ada halangan yang berarti? Apakah kreativitasku akan berkembang seiring jalannya waktu? Belum lagi tugas-tugas yang kini tak bisa mengandalkan teman. Oh yeah, aku memang bandel karena selalu mencontek milik teman. Namun yang kali ini?

Ya Allah, tolong kuatkanlah diriku agar aku dapat menjalani kehidupan kampus ini dengan menyenangkan. Buatlah diriku dapat mencintai dunia broadcast seutuhnya, tak kalah dengan teman-teman yang lain. Dan berikan rezeki lewat jalan yang kutapaki ini. Lindungilah pula diriku pada dunia yang bebas karena orang broadcast adalah orang-orang yang bebas. Bantulah aku dalam menumbuhkan kreativitas yang tak terbatas, agar aku tak menjadi manusia yang diasingkan. Berikanlah diriku banyak kenalan agar jalan yang kutapaki nanti menjadi lebih mudah. Bantulah diriku menjadi pribadi yang terbuka pada siapapun.

Amin ya rabbal'alamin..

Jumat, 09 September 2011

Secuil Doa Sederhana

Doaku malam ini hanyalah sederhana. Harapanku kali ini mungkin tak terlalu muluk. Iya, cuma untuk perasaanku saja. Untuk harapan lain, mungkin saja boleh tinggi :) Aku hanya tak mau bermain-main dengan perasaanku. Aku masih takut untuk mengumbar perasaan? Mungkin iya. Semenjak kejadian yang dulu, rasanya untuk menyukai orang lain sangat menakutkan. Namun kenapa setelah itu aku malah berkali-kali menyukai orang lain?

Dan yang kali ini pun termasuk istimewa. Aku ingin menganggap semua kejadian dalam hidupku menjadi hal yang istimewa. Dan perasaan inilah yang membuatku tergerak untuk menuliskan harapan malam ini. Belum melewati tengah malam, 'kan? Bahkan mungkin masih jauh.

Untuk Allah SWT, Maha Pengatur Hati, aku berharap bahwa aku bisa menghilangkan perasaanku dengan jalan yang kuambil. Aku hanya tak ingin terlalu bermain-main dengan apa yang kurasakan. Namun jika suatu saat nanti kau membukakan perasaannya untukku, dan jika saat itu masih sendiri, kumohon bukalah juga perasaanku. Kalau bisa sih, Kau jangan terlalu lama membuka perasaannya. Namun jika dia dan sahabatku malah menjadi satu, aku mohon ringankanlah perasaanku, buat aku untuk mengikhlaskannya karena itu adalah hal yang terbaik untukku.

Untuk sahabatku, kuharap kau tak pernah mengingkari janjimu untuk memberitahuku, jika suatu saat nanti kau bersamanya. Semuanya tak ada yang mustahil, kawan. Dan aku berusaha ikhlas untuk ini.

Meski sepertinya aku masih berharap bahwa aku masih ingin mempunyai perasaan ini, aku serahkan semuanya padaMu. Kau yang mengerti semua seluk beluk hati manusia. Alasanku untuk pergi adalah karena aku ingin mewujudkan janjiku pada keluargaku, bahwa aku tak akan mengikuti orang-orang yang telah mengecewakan mereka, terutama Tante yang sangat kusayangi. Namun jika perasaanku nanti dapat menuntunku dalam kesuksesan dan dapat membanggakan mereka, maka berikanlah perasaan yang indah dan tidak menyakitkan.

Ya Allah, aku serahkan semua ini kepadaMu. Memang aku mengatakan pada sahabatku bahwa aku akan mengurangi sebuah komunikasi ini. Namun jika Kau berkehendak perasaan ini tetap berada di hati hambaMu yang rapuh, maka biarkan perasaan ini berkembang pada sesuatu yang diridhai olehMu. Jika Kau menginginkan aku masih mempunyai perasaan padanya, maka kumohon tak ada pihak yang tersakiti nantinya.

Dari sekian banyak kata yang kutulis dan mungkin sedikit membingungkan, aku tahu pasti bahwa Kau mengerti apa yang kumaksudkan. Ini hanyalah secuil doa sederhana dari hambaMu yang tak berarti apa-apa. Namun kuharap Kau akan mengabulkannya.

Amin ya rabbal'alamin.

Selasa, 31 Mei 2011

Antara Aku dan Tere Liye

Ini bukan kisah cinta, melainkan ini kisah antara aku sama pengarang novel bernama Tere Liye. Bukan pula kisah pertemuan antara kami, karena aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Ini cuma cerita bagaimana aku bisa jatuh cinta terhadap buku-buku milik Tere Liye. Buku yang sederhana namun mengena.

Awal aku membaca Tere Liye adalah Sang Penandai. Waktu itu bahkan aku sangat asing dan geli mendengar namanya. Tere Liye. Bukan nama yang lazim untuk didengar. Tidak seperti Asma Nadia atau Gola Gong, atau mungkin Fahri Asiza. Aku mendapatkan buku ini di salah satu mall di kota kecilku. Awalnya sih yang mengambilkan ibuku. Melihat resensinya, sepertinya bukan buku yang biasa. Apalagi dari sampulnya, awalnya sih kupikir ini buku fantasi seperti Harry Potter, Narnia, atau Eragon. Tetapi ternyata buku ini berbeda.

Sang Penandai bahkan tidak menyebutkan nama latar ceritanya. Hanya mendeskripsikan tentang keadaan tempat tersebut. Kata-katanya sangat sederha, malah. Namun isi yang dikupas tidaklah sesederhana itu. Sang Penandai mengajarkan bagaimana kita bisa tersenyum bahkan dengan kenangan terpahit sekalipun. Bahwa kenangan pahit itupun bisa kita terima, kita jadikan salah satu kenangan terindah di sudut hati. Itu adalah buku yang sangat mengena.

Sejak saat itu aku langsung suka dengan Tere Liye. Awalnya aku berpikir Tere Liye adalah seorang wanita yang asih. Tetapi ternyata salah. Bagaimana aku tahu? Nanti saja kuceritakan kalau memang sudah saatnya kuceritakan.

Buku kedua yang kubaca adalah Hafalan Shalat Delisa. Buku yang berhasil membuatku menangis malam-malam, rela bangun dengan mata berat karena tidak mau terputus dengan ceritanya. Di buku ini, Tere Liye kembali menyodorkan cerita yang mengesankan. Kali ini settingnya jelas, yaitu di Aceh. Dengan latar belakang peristiwa tsunami, cerita ini berhasil membuatku sesenggukkan, memahami perjuangan seorang anak perempuan menerima kejadian yang menimpa padanya. Lagi-lagi Tere Liye menyodorkan sebuah kata penerimaan.

Lalu secara tak sengaja aku menemukan The Gogons di perpustakaan sekolah. Langsung saja aku membacanya dengan semangat. Sayangnya aku agak lupa dengan novel ini karena aku tidak terlalu suka meski tetap kubaca dengan semangat. Namun aku masih menunggu seri lanjutan The Gogons.

Semenjak itu aku langsung jatuh cinta dengan buku-buku Tere Liye. Aku sabar menunggu buku lain yang keluar dari tulisan tangannya. Nah di saat inilah aku tahu bahwa ternyata Tere Liye itu laki-laki. Aku tahu dari Facebooknya. Bahkan aku sempat mengirim email sekali (dan dia membalasnya xD), menanyakan bagaimana jika kita mengalami kebuntuan dalam membuat cerita. Karena dalam hal ini, aku penulis aktif di Forum RPG berbasis teks di Indo Hogwarts, Behind The Magic, dan Indo Olympians. Tentu saja dengan berbagai macam sifat karakter kadang mambuatku buntuk untuk mengeluarkan deskripsi.

Buku selanjutnya adalah Pukat dan Burlian. Dua buku sekaligus yang kubeli karena kebetulan ada di toko. Buku ini menyajikan kehidupan sederhana empat bersaudara (Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia). Setiap tokoh mempunyai cerita dalam novel tersendiri. Seperti Eliana si Pemberani yang novelnya dikeluarkan nomor tiga (padahal dia anak pertama), Pukat si Jenius, Burlian si Anak Istimewa, dan Amelia yang belum terbit sampai sekarang. Katanya sih Agustus.

Di Serial Anak Mamak ini, menyuguhkan keadaan yang amat sederhana, keluarga yang juga amat sederhana namun melahirkan anak-anak yang luar biasa. Namun lewat kesederhanaan inilah aku belajar banyak. Apalagi saat membaca bab yang menceritakan perjuangan Mamak mereka (karena setiap seri pasti ada). Aku sangat terkesan dengan kalimat : Kalau kau dan adik-adikmu tahu sedikit saja apa yang telah dilakukan seorang Mamak untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum ada sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta kasih sayang padamu. Kira-kira seperti itulah kalimatnya. Dan setiap membaca bab itu, selalu saja aku menangis. Mengingat pengorbanan ibu untukku.

Oya, sebelum membeli Serial Anak Mamak khusunya yang Eliana, aku sempat membeli Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Itu novel yang sangat-sangat keren. Memang itu kisah cinta, namun kisahnya tak sesederhana novel teenlit zaman sekarang. Kisah itu lebih menekankan tentang penerimaan, pengertian, dan pemahaman. Kalimat yang paling membuatku menangis adalah (oke, kenapa setiap membaca novel Tere Liye selalu saja menangis?) : “Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” Bagaimana? Kata-kata yang keren, ‘kan?

Lalu novel yang kubeli bersamaan dengan Eliana adalah Ayahku (Bukan) Pembohong. Lagi-lagi Tere Liye mengajarkan kita untuk sebuah penerimaan secara sederhana. Namun jangan kira Tere Liye hanya bisa mengarang genre itu saja. Di Facebook-nya, banyak sekali notes berseri yang ia tulis hanya saja aku jarang mengikutinya. Salah satu yang membuatku ternganga adalah serial B*ngs*t-B*ngs*t Berkelas. Itu adalah notes berlatar belakang ekonomi dengan bahasa tingkat tinggi dan membuatku langsung berhenti membacanya. Bukan karena jelek, tetapi aku bukanlah orang yang mempunyai pemahaman setinggi itu.

Kini aku sedang membaca ebook Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (yang besarnya 100MB lebih dan harus donlot lewat warnet). Sebelumnya aku sudah membaca Bidadari-Bidadari Surga (yang lagi-lagi bikin nangis). Untuk yang dua terakhir ini aku membaca lewat ebook. Soalnya di kotaku belum ada dan lagi belum punya uang untuk membeli novel, setelah terakhir habis UN langsung beli empat novel. Haha. Yang penting aku sudah membaca novel karangan Tere Liye.

Oya, hampir kelupaan. Saya juga punya novelnya yang Moga Bunda Disayang Allah. Perjuangan seorang anak kecil dengan seorang remaja (yang saya lupa lagi =,=) Namun novelnya lagi-lagi membuat saya kagum. Itulah mengapa saya ingin tulisan saya seperti Bang Tere. Sederhana namun bermakna. Tapi tetap saja susah.

Dari semua novel yang kubaca, hampir semuanya tentang penerimaan yang tulus dan sederhana. Namun sekali lagi, ini adalah novel yang sederhana, dengan kata-kata sederhana, dengan deskripsi yang ringan (minus notesnya di FB, tentu), namun bermakna banyak buatku. Itulah kisahku dengan Tere Liye. Dan aku akan tetap selalu menunggu karya-karya punya Bang Tere. Sekian :)