RSS Feed
This is a mood message, you can edit this message by editing file message.php, or you can also add here some advertisement.

Sabtu, 06 Juli 2013

Kuharap, Aku Berguna

Aku menatap anak-anak yang sedang asyik berhujan-hujan di luar dengan tatapan iri. Pandanganku meredup, berusaha menghalau rasa iri begitu membuncah dalam dada, menahan air mata yang akan mengalir deras di pipi. Aku tersenyum pahit, menyadari bahwa aku memang tak bisa seperti mereka.

Hujan deras terdengar sangat berisik. Aku tak heran dalam keadaan seperti ini, aku tak kaget jika aku tiba-tiba ditinggal dalam sendiri. Takdir mungkin memang membuatku selalu sendiri. Entah sendiri secara fisik maupun secara psokologis. Dan itu semua sama-sama menyakitkan.


Mungkin aku memang tak berguna.

Leukimia serta lemah jantung dan penyakit ganas lainnya bersarang pada tubuhku. Kenapa? Takut? Lalu kalian akan meninggalkanku? Silakan saja. Aku sudah terbiasa dalam kondisi yang seperti ini. Di mana aku akan dianggap aneh oleh teman-temanku dan akan ditinggalkan oleh mereka yang tak mau mempedulikanku. Aku tak membenci dan juga tak menyukai mereka. Mereka menganggapku tak ada? Maka aku akan juga menganggap mereka adalah manusia palsu.

Tetapi ada satu, ada satu di antara orang-orang yang tak peduli itu yang mau menatapku dengan cara lain. Caranya menatapku berbeda dengan yang lainnya. Dia mungkin tak pernah mengajakku berbicara, tapi lewat pandangan matanya, aku tahu apa saja yang akan dilontarkan padaku. Bukan belas kasihan atau simpati palsu, namun pancaran penuh persahabatan yang membuatku ingin memilikinya.

Tiba-tiba aku terbatuk dan darah muncrat dari mulut, membasahi baju rumah sakit yang serba putih. Aku menatap darah yang keluar dari tubuhku dengan pandangan hampa. Rusak, semua system di tubuhku sudah rusak parah. Tinggal menunggu kapan Tuhan akan memanggilku. Kembali aku menatap anak-anak yang sedang berteriak kegirangan, menikmati mandi hujan yang sepertinya sangat menyenangkan.

Pandanganku mulai kabur. Ah, apakah ini rasanya ketika malaikat pencabut nyawa akan mengambil nyawaku? Apakah ini rasanya akan meninggalkan dunia fana menuju dunia penih keabadian? Tiba-tiba saja ada yang menyeruak dalam dadaku, ada sebuah permintaan yang aku ingin Tuhan mengabulkannya. Permintaan sederhana dari seorang yang akan menuju surgaMu. Bahwa aku sangat ingin bertemu dengannya. Hanya sekali saja.

BRAAKK!!

Kepalaku menoleh pelan, menatap sosok yang baru saja membuka pintu kamarku dengan paksa. Kepalaku terlalu sakit untuk menoleh dengan cepat. Darah juga terus keluar dari mulutku. Ah, penyakit apa ini? Aku bahkan belum pernah menemukan di buku, penyakit apa yang kuderita sekarang ini. 

“Bertahanlah! Jangan sampai kau menyerah!”

Dadaku berdesir mendengar suaranya. Aku tahu siapa dia. Meski pandanganku sudah mulai gelap, tapi aku tahu siapa yang berusan berseru dengan mantap. Dia, dia yang sangat aku harapkan kehadirannya, dia yang sangat kucintai kepribadiannya, dia yang selalu memandangku dengan pandangan yang berbeda.

Percuma. Hari ini dan selamanya, ceritaku tak akan ada lagi.

“Kau berguna! Kau sangat berguna bagiku. Hanya saja aku yang terlalu pengecut!”

Yang kukagumi dari sosoknya adalah, ia tak pernah menyentuh lawan jenisnya sembarangan. Meski aku berharap aku dapat dipeluknya, tapi aku maklum akan prinsip hidupnya yang tegas. Seperti ini saja sudah cukup bagiku. Aku bersyukur bisa melihatnya untuk terakhir kali dan mengetahui seperti apa perasaannya.

Perlahan pandanganku mulai gelap hingga hilang sama sekali. Aku tak lagi merasakan sakit. Jiwaku telah damai dengan Sang Pencipta. Lewat sisiNya, aku bisa melihat sosok yang kurindukan itu berdiri terpaku sambil menatapku tak percaya. Di sini aku juga menangis dan meminta pada Tuhan agar kami dipertemukan dalam surga yang damai. Dan kini aku tahu satu hal, bahwa aku yang tak berguna bagi banyak orang ini ternyata berguna bagi seseorang. Dan mungkin kalian juga. Mungkin kalian tak berguna bagi kebanyakan orang, tapi yakinlah bahwa kalian tetap berguna bagi seseorang. Meski hanya secuil, namun itu lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa kalian tetaplah diinginkan untuk hidup.

Selasa, 25 September 2012

Proposal Desain Program

Malam ini rasanya pengen nangis sepuasnya. Gimana nggak? Setelah 2 minggu sakit, baru aja masuk kampus hari ini, udah langsung disodorin desain program yang bisa dibilang nol persen belum kelar. Trus tahu-tahu disuruh jadi produser buat praktek. Padahal aku nggak tahu apa-apa dan nggak dijelasin konsepnya sama sekali. Dan malam ini disuruh nyelesaiin proposal desain program itu rasanya wow banget.

Baru kali ini selama seumur hidup bisa nyesel dapet kelompok kerja yang kayak gini. Bayangin aja, dari sepuluh orang, ceweknya cuma dua! Dan cowok-cowok lain itu bukan tipe yang bisa aku ajak kompromi. Emang sih orangnya enak-enak dan bukan tipe yang nyebelin. Tapi, please deh, masa nggak ada satu cowok pun yang biasanya sekelompok sama aku? Kelompok stres, gitu yang aku sebut sama temen cewek satunya. Mana temenku yang itu lagi di Solo buat acara Solo International Performing Arts pula. Jadi berasa malam ini ngerjain tugas sendirian.

Satu lagi yang bikin berat. Ternyata full script-nya belum dikerjain padahal udah harus dikumpulin besok. Rasanya tuh wow banget, padahal baru aja masuk dan nih kepala kadang nggak mau kompromi.

Aku cuma berharap banget kalau nantinya produksi dokumenter ini bakal lancar dan aku nggak percuma jadi produser. Karena apa? Karena aku yang tanggung jawab semua produksi ini. Semoga aja aku dimudahkan dan kelompokku menjadi berkah nantinya. Jadi malam ini aku merangkap produser sekaligus penulis naskah. Hhh, ya Allah, tolongi hambaMu ini. Mudahkanlah dalam menyusun proposal ini. Amiiinn..

Kamis, 29 September 2011

Ajari Aku Mencinta

Malam ini, ketika mendengar lagu tersebut dari Sammy Simorangkir, rasanya ada sesuatu yang lain. Aku bisa tersenyum kecil, sedikit ingin menangis, intinya ada banyak rasa yang bercampur. Namun satu rasa yang jelas-jelas ada adalah rasa indah ketika sedang jatuh cinta :)

Ya, aku tahu bahwa arti dari lagu itu bukan tentang jatuh cinta. Namun mendengar suara Sammy seakan aku ingin jatuh cinta sekarang juga :) Allah, apakah rasa ini masih ada? Apakah aku akan sempat memikirkan hal-hal sekecil itu? Apakah aku akan bisa mengatur perasaanku dengan bijaksana? Tetapi rasanya indah saja jika aku bisa mendapatkan perasaan yang indah seperti itu :)

Allah, ajarkan aku mencintai dengan benar. Ajarkan pula bagaimana aku dapat mencintaiMu lebih dan lebih, hingga setiap saat aku selalu teringat akan Engkau, Sang Maha Pemberi Hidup. Aku ingin mencintai secara ikhlas, tanpa perasaan sakit sama sekali :)

Kamis, 22 September 2011

Kampus Baru = Kehidupan Baru

Ini hari keempat aku menjalani kehidupanku di kampus. Ya, aku bangga dapat diterima di kampus broadcasting yang terkenal. Aku dapat bergabung dengan mereka yang bahkan jauh-jauh datang dari Merauke untuk menjalani kehidupan broadcasting di sini. Aku senang karena targetku untuk kuliah di sini juga tercapai. Namun tahukah bahwa masih ada yang mengganjal di salah satu sudut hati ini?

Pikirkanlah, bahwa semua orang broadcasting pastilah orang-orang yang kreatif dan mau bekerja keras. Mereka adalah orang-orang dengan sejuta ide yang dikejar oleh waktu. Ini memang harapanku untuk menyelami dunia broadcasting. Bahkan keluargaku amat mendukung ketika aku berhasil memasuki kampus ini. Namun ketika aku benar-benar menyelami mata kuliah apa saja yang ada di sana, tiba-tiba satu sisiku minder begitu saja. Apalagi melihat teman-teman yang sebelum ini berasal dari latar belakang yang pernah sedikit menyelami dunia broadcasting. Rasanya aku bukan apa-apa di mata mereka.

Lalu aku juga bukanlah orang yang kreatif. Aku terbiasa statis dalam satu hal saja. Lalu melihat senior-senior lain yang sangat berambisi dengan dunia broadcast mereka, lantas aku selalu berpikir. Apakah aku benar-benar bisa melewati empat tahun di sini tanpa ada halangan yang berarti? Apakah kreativitasku akan berkembang seiring jalannya waktu? Belum lagi tugas-tugas yang kini tak bisa mengandalkan teman. Oh yeah, aku memang bandel karena selalu mencontek milik teman. Namun yang kali ini?

Ya Allah, tolong kuatkanlah diriku agar aku dapat menjalani kehidupan kampus ini dengan menyenangkan. Buatlah diriku dapat mencintai dunia broadcast seutuhnya, tak kalah dengan teman-teman yang lain. Dan berikan rezeki lewat jalan yang kutapaki ini. Lindungilah pula diriku pada dunia yang bebas karena orang broadcast adalah orang-orang yang bebas. Bantulah aku dalam menumbuhkan kreativitas yang tak terbatas, agar aku tak menjadi manusia yang diasingkan. Berikanlah diriku banyak kenalan agar jalan yang kutapaki nanti menjadi lebih mudah. Bantulah diriku menjadi pribadi yang terbuka pada siapapun.

Amin ya rabbal'alamin..

Jumat, 09 September 2011

Secuil Doa Sederhana

Doaku malam ini hanyalah sederhana. Harapanku kali ini mungkin tak terlalu muluk. Iya, cuma untuk perasaanku saja. Untuk harapan lain, mungkin saja boleh tinggi :) Aku hanya tak mau bermain-main dengan perasaanku. Aku masih takut untuk mengumbar perasaan? Mungkin iya. Semenjak kejadian yang dulu, rasanya untuk menyukai orang lain sangat menakutkan. Namun kenapa setelah itu aku malah berkali-kali menyukai orang lain?

Dan yang kali ini pun termasuk istimewa. Aku ingin menganggap semua kejadian dalam hidupku menjadi hal yang istimewa. Dan perasaan inilah yang membuatku tergerak untuk menuliskan harapan malam ini. Belum melewati tengah malam, 'kan? Bahkan mungkin masih jauh.

Untuk Allah SWT, Maha Pengatur Hati, aku berharap bahwa aku bisa menghilangkan perasaanku dengan jalan yang kuambil. Aku hanya tak ingin terlalu bermain-main dengan apa yang kurasakan. Namun jika suatu saat nanti kau membukakan perasaannya untukku, dan jika saat itu masih sendiri, kumohon bukalah juga perasaanku. Kalau bisa sih, Kau jangan terlalu lama membuka perasaannya. Namun jika dia dan sahabatku malah menjadi satu, aku mohon ringankanlah perasaanku, buat aku untuk mengikhlaskannya karena itu adalah hal yang terbaik untukku.

Untuk sahabatku, kuharap kau tak pernah mengingkari janjimu untuk memberitahuku, jika suatu saat nanti kau bersamanya. Semuanya tak ada yang mustahil, kawan. Dan aku berusaha ikhlas untuk ini.

Meski sepertinya aku masih berharap bahwa aku masih ingin mempunyai perasaan ini, aku serahkan semuanya padaMu. Kau yang mengerti semua seluk beluk hati manusia. Alasanku untuk pergi adalah karena aku ingin mewujudkan janjiku pada keluargaku, bahwa aku tak akan mengikuti orang-orang yang telah mengecewakan mereka, terutama Tante yang sangat kusayangi. Namun jika perasaanku nanti dapat menuntunku dalam kesuksesan dan dapat membanggakan mereka, maka berikanlah perasaan yang indah dan tidak menyakitkan.

Ya Allah, aku serahkan semua ini kepadaMu. Memang aku mengatakan pada sahabatku bahwa aku akan mengurangi sebuah komunikasi ini. Namun jika Kau berkehendak perasaan ini tetap berada di hati hambaMu yang rapuh, maka biarkan perasaan ini berkembang pada sesuatu yang diridhai olehMu. Jika Kau menginginkan aku masih mempunyai perasaan padanya, maka kumohon tak ada pihak yang tersakiti nantinya.

Dari sekian banyak kata yang kutulis dan mungkin sedikit membingungkan, aku tahu pasti bahwa Kau mengerti apa yang kumaksudkan. Ini hanyalah secuil doa sederhana dari hambaMu yang tak berarti apa-apa. Namun kuharap Kau akan mengabulkannya.

Amin ya rabbal'alamin.

Selasa, 31 Mei 2011

Antara Aku dan Tere Liye

Ini bukan kisah cinta, melainkan ini kisah antara aku sama pengarang novel bernama Tere Liye. Bukan pula kisah pertemuan antara kami, karena aku bahkan belum pernah bertemu dengannya. Ini cuma cerita bagaimana aku bisa jatuh cinta terhadap buku-buku milik Tere Liye. Buku yang sederhana namun mengena.

Awal aku membaca Tere Liye adalah Sang Penandai. Waktu itu bahkan aku sangat asing dan geli mendengar namanya. Tere Liye. Bukan nama yang lazim untuk didengar. Tidak seperti Asma Nadia atau Gola Gong, atau mungkin Fahri Asiza. Aku mendapatkan buku ini di salah satu mall di kota kecilku. Awalnya sih yang mengambilkan ibuku. Melihat resensinya, sepertinya bukan buku yang biasa. Apalagi dari sampulnya, awalnya sih kupikir ini buku fantasi seperti Harry Potter, Narnia, atau Eragon. Tetapi ternyata buku ini berbeda.

Sang Penandai bahkan tidak menyebutkan nama latar ceritanya. Hanya mendeskripsikan tentang keadaan tempat tersebut. Kata-katanya sangat sederha, malah. Namun isi yang dikupas tidaklah sesederhana itu. Sang Penandai mengajarkan bagaimana kita bisa tersenyum bahkan dengan kenangan terpahit sekalipun. Bahwa kenangan pahit itupun bisa kita terima, kita jadikan salah satu kenangan terindah di sudut hati. Itu adalah buku yang sangat mengena.

Sejak saat itu aku langsung suka dengan Tere Liye. Awalnya aku berpikir Tere Liye adalah seorang wanita yang asih. Tetapi ternyata salah. Bagaimana aku tahu? Nanti saja kuceritakan kalau memang sudah saatnya kuceritakan.

Buku kedua yang kubaca adalah Hafalan Shalat Delisa. Buku yang berhasil membuatku menangis malam-malam, rela bangun dengan mata berat karena tidak mau terputus dengan ceritanya. Di buku ini, Tere Liye kembali menyodorkan cerita yang mengesankan. Kali ini settingnya jelas, yaitu di Aceh. Dengan latar belakang peristiwa tsunami, cerita ini berhasil membuatku sesenggukkan, memahami perjuangan seorang anak perempuan menerima kejadian yang menimpa padanya. Lagi-lagi Tere Liye menyodorkan sebuah kata penerimaan.

Lalu secara tak sengaja aku menemukan The Gogons di perpustakaan sekolah. Langsung saja aku membacanya dengan semangat. Sayangnya aku agak lupa dengan novel ini karena aku tidak terlalu suka meski tetap kubaca dengan semangat. Namun aku masih menunggu seri lanjutan The Gogons.

Semenjak itu aku langsung jatuh cinta dengan buku-buku Tere Liye. Aku sabar menunggu buku lain yang keluar dari tulisan tangannya. Nah di saat inilah aku tahu bahwa ternyata Tere Liye itu laki-laki. Aku tahu dari Facebooknya. Bahkan aku sempat mengirim email sekali (dan dia membalasnya xD), menanyakan bagaimana jika kita mengalami kebuntuan dalam membuat cerita. Karena dalam hal ini, aku penulis aktif di Forum RPG berbasis teks di Indo Hogwarts, Behind The Magic, dan Indo Olympians. Tentu saja dengan berbagai macam sifat karakter kadang mambuatku buntuk untuk mengeluarkan deskripsi.

Buku selanjutnya adalah Pukat dan Burlian. Dua buku sekaligus yang kubeli karena kebetulan ada di toko. Buku ini menyajikan kehidupan sederhana empat bersaudara (Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia). Setiap tokoh mempunyai cerita dalam novel tersendiri. Seperti Eliana si Pemberani yang novelnya dikeluarkan nomor tiga (padahal dia anak pertama), Pukat si Jenius, Burlian si Anak Istimewa, dan Amelia yang belum terbit sampai sekarang. Katanya sih Agustus.

Di Serial Anak Mamak ini, menyuguhkan keadaan yang amat sederhana, keluarga yang juga amat sederhana namun melahirkan anak-anak yang luar biasa. Namun lewat kesederhanaan inilah aku belajar banyak. Apalagi saat membaca bab yang menceritakan perjuangan Mamak mereka (karena setiap seri pasti ada). Aku sangat terkesan dengan kalimat : Kalau kau dan adik-adikmu tahu sedikit saja apa yang telah dilakukan seorang Mamak untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum ada sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta kasih sayang padamu. Kira-kira seperti itulah kalimatnya. Dan setiap membaca bab itu, selalu saja aku menangis. Mengingat pengorbanan ibu untukku.

Oya, sebelum membeli Serial Anak Mamak khusunya yang Eliana, aku sempat membeli Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Itu novel yang sangat-sangat keren. Memang itu kisah cinta, namun kisahnya tak sesederhana novel teenlit zaman sekarang. Kisah itu lebih menekankan tentang penerimaan, pengertian, dan pemahaman. Kalimat yang paling membuatku menangis adalah (oke, kenapa setiap membaca novel Tere Liye selalu saja menangis?) : “Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” Bagaimana? Kata-kata yang keren, ‘kan?

Lalu novel yang kubeli bersamaan dengan Eliana adalah Ayahku (Bukan) Pembohong. Lagi-lagi Tere Liye mengajarkan kita untuk sebuah penerimaan secara sederhana. Namun jangan kira Tere Liye hanya bisa mengarang genre itu saja. Di Facebook-nya, banyak sekali notes berseri yang ia tulis hanya saja aku jarang mengikutinya. Salah satu yang membuatku ternganga adalah serial B*ngs*t-B*ngs*t Berkelas. Itu adalah notes berlatar belakang ekonomi dengan bahasa tingkat tinggi dan membuatku langsung berhenti membacanya. Bukan karena jelek, tetapi aku bukanlah orang yang mempunyai pemahaman setinggi itu.

Kini aku sedang membaca ebook Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (yang besarnya 100MB lebih dan harus donlot lewat warnet). Sebelumnya aku sudah membaca Bidadari-Bidadari Surga (yang lagi-lagi bikin nangis). Untuk yang dua terakhir ini aku membaca lewat ebook. Soalnya di kotaku belum ada dan lagi belum punya uang untuk membeli novel, setelah terakhir habis UN langsung beli empat novel. Haha. Yang penting aku sudah membaca novel karangan Tere Liye.

Oya, hampir kelupaan. Saya juga punya novelnya yang Moga Bunda Disayang Allah. Perjuangan seorang anak kecil dengan seorang remaja (yang saya lupa lagi =,=) Namun novelnya lagi-lagi membuat saya kagum. Itulah mengapa saya ingin tulisan saya seperti Bang Tere. Sederhana namun bermakna. Tapi tetap saja susah.

Dari semua novel yang kubaca, hampir semuanya tentang penerimaan yang tulus dan sederhana. Namun sekali lagi, ini adalah novel yang sederhana, dengan kata-kata sederhana, dengan deskripsi yang ringan (minus notesnya di FB, tentu), namun bermakna banyak buatku. Itulah kisahku dengan Tere Liye. Dan aku akan tetap selalu menunggu karya-karya punya Bang Tere. Sekian :)

Minggu, 14 November 2010

I Must be Strong

Aku harus kuat, karena aku nggak boleh terjatuh begitu saja. Kerikil ini hanyalah kerikil yang sangat kecil dari ribuan batu besar yang ada. Aku nggak boleh terpuruk begitu saja dengan sifat yang seperti ini. Aku ingin kembali ke sifat yang dulu, di mana aku selalu kuat dan cuek pada setiap masalah.

Ini hanyalah masalah sepele, masalah hati. Aku tak bisa mengendalikan hatiku, padahal aku harus mampu. Harusnya aku menahan semua perasaan, menghindari beberapa interaksi, dan kembali pada acuh tak acuh yang selama ini selalu menyelamatkanku dari sikap cengeng ini.

Aku ingin kembali pada sifatku dulu yang kurasa jauh lebih baik dari sekarang. Aku harus kuat.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Dream

Semua berawal pas aku nerima pesan dari dia. Padahal selama ini aku udah berhasil nggak mikiran dia selama beberapa saat. Tapi yang namanya cobaan selalu saja datang menguji. Saat aku buka HP, tau-tau ada pesan dari dia yang sebenarnya hanya berisi emoticon senyum. Tentu saja aku langsung berpikiran yang macem-macem tentang dia. Aku hanya membalas pesan dia dengan singkat dan sederhanya saja. Toh nggak ada gunanya aku balas pesan panjang-panjang.

Ketika aku sudah berhasil nggak mikirin dia, eh tiba-tiba semalam aku mimpiin dia. Kenapa malah lebih parah sih?! Padahal aku sama sejali NGGAK mikirin dia, kecuali tentang ultahnya yang akan datang. Sungguh, dalam mimpi itu bikin aku nangis. Seolah dia ngasih tahu kalau dia dalam keadaan baik-baik saja dan minta aku supaya nggak mikirin lagi. TAPI GIMANA BISAAA??!! Yang ada malah sampai sekarang aku mikirin dia terus.

Ya Allah, kenapa malah jadi kayak gini? Aku cuma ingin diberi kemudahan supaya bisa melupakannya tanpa susah payah. Namun kalau memang ini adalah sebuah jalan, atas kuasaMu, tolong pertemukan kami dalam keadaan damai dan bersih dari perasaan apapun. Amin.

Sabtu, 03 Juli 2010

Random

Aku..kadang berpikir bagaimana aku bisa melewati hari-hariku sampai umur 16 tahun ini. Aku bahkan mungkin tak punya kemampuan yang khusus kecuali dengan bakat nekatku mengutak-atik komputer. Aku bahkan tak tahu hingga sekarang, di mana bakatku berada.

Lahir sebagai anak tunggal mempunyai suka duka tersendiri. Mungkin kalian akan menganggap bahwa aku sangat beruntung terlahirkan sebagai anak tunggal. Tetapi tahukah? I feel so alone. Aku bahkan tak mempunyai kakak yang asyik untuk diajak cerita, atau adik yang bisa dijahili. Menyesal? Aku tak pernah menyesal saat aku terlahir sebagai anak tunggal. Apapun...apapun itu aku syukuri.

Kembali aku menatap diriku dalam kaca, dalam balutan baju panjang, jilbab yang menutupi rambut, serta bingkai kacamata yang menghiasi wajah.

Statusku kini sudah kelas tiga. Tak sampai setahun, aku sudah hengkang dari SMA-ku tercinta, meninggalkan teman-teman gokil yang membuatku tertawa setiap harinya. Minimal, mereka bisa membuatku tersenyum dan tak ingin melupakan hari-hari yang telah kulalui.

Lalu, ke mana aku akan meneruskan? Aku tak mungkin hanya asal memilih universitas. Aku tak bisa egois memilih tempat yang kuteruskan. Teman-teman internet yang ingin kudatangi membuat aku tergoda untuk kuliah di mana saja. Tapi aku tak bisa. Aku tak bisa membelah tubuhku menjadi banyak, menjadi serpihan-serpihan yang bisa bergerak dengan sendirinya. Dan mungkin aku memang harus menentukan satu pilihanku.

Hhh..entahlah. Aku bahkan masih bingung untuk jurusanku. Aku masih harus memikirkan UAN dan lainnya. Yah, masa neraka itu telah datang. Mungkin...dan semoga, aku bisa melewatinya. Amin.

Rabu, 28 April 2010

Jiwa yang Tersiksa

Kenapa lagi aku harus kangen dengan dia? Kenapa lagi rasa rindu ini terus saja ada? Padahal sudah hampir sebulan lebih tak ada komunikasi sama sekali. Bahkan chatting pun aku diamkan karena terkadang aku sedang tidak di tempat.

Sudah berbagai cara aku gunakan agar aku tak ingat tentang dia. Aku sengaja menyibukkan diri di organisasi sekolahku agar pikiranku tidak terarah padanya saja. Namun sepertinya semua itu percuma. Kadang kalau aku sedang meng-istirahatkan pikiranku, aku selalu teringat padanya hingga aku bingung, kenapa aku tak juga ngelupakan dia.

Shhh...sungguh deh, aku ingin sekali melupakan dia. Bahkan kalau bisa, semua kenangan itu kubuang saja. Percuma deh kenal sama dia kalo hasilnya cuma kayak gini saja. Sebenarnya aku yang bodoh atau bagaimana sih?

Ketika aku mencoba untuk menjalin komunikasi, dia bahkan tak menghiraukan. Apakah ini karma bagiku? Aku sms pun tidak dijawab. Pasti alasannya karena ada si 'itu'. Dan bodohnya, kenapa aku masih saja sakit hati?

Tuhan...tolong hapus kenangan dia dariku. Aku tak mau hatiku terkunci seperti ini. Aku mau hatiku bebas seperti burung yang sedang mengangkasa.